BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Dalam proses pembelajaran, masih banyak guru
menggunakan pardigma lama, yaitu paradigma ‘guru menjelaskan dan murid mendengarkan’. Metode pembelajaran semacam ini
telah menjadikan pelajaran membosankan. Ia kemudian tidak memberikan sentuhan
emosional karena siswa merasa tidak terlibat aktif di dalam proses
pembelajarannya. Sementara paradigma baru, yaitu paradigma ‘siswa aktif mengkonstruksi makna dan guru membantu’. Paradigma di atas merupakan dua paradigma dalam proses belajar-mengajar
yang sangat berbeda satu sama lain. Paradigma baru dianggap sulit diterapkan dan membingungkan guru serta
siswa. Untuk itu diperlukan metode yang dipergunakan harus bisa mengkostruk
“ingatan historis”. Alhasil, siswa menjadikan pelajaran hanya sebagai
fakta-fakta hafalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk
memaknainya, juga mampu menggali lebih jauh lagi.
Proses pembelajaran kemudian tak hanya berhenti pada
penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komunikasi dua arah dengan guru untuk
mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang tengah dipelajari karena
sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses pembelajaran yang penuh
dengan makna. Agar “ingatan emosional” muncul dan bertahan lama, maka paradigma
pembelajaran harus diubah. Mengubah paradigma
yang dianut oleh seorang guru dari paradigma lama ke paradigma baru, bukan
sesuatu hal yang mudah. Hal ini disebabkan karena kebanyakan guru sudah
terbiasa dengan paradigma lama, dan mereka sendiripun pada waktu masih menjadi
siswa sudah terbiasa dengan paradigma tersebut. Sungguh-sungguh diperlukan
kemauan dan tekad yang kuat untuk bisa mengubah paradigma tersebut secara
nyata.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Paradigma Pembelajaran
Secara etimologis, kata
paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model, teladan,
arketif dan ideal. Sedangkan secara terminologis, arti paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan
pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu masalah dengan
menggunakan teori formal, eksperimentasi dan metode keilmuan yang terpercaya. Yang kedua adalah pengertian pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar agar proses perolehan ilmu dan
pengetahuan dapat membentuk sikap dan perilaku peserta didik. Paradigma
pembelajaran ini dapat berubah menurut sistem pembelajaran yang terus berkembang,
sehingga ada yang menyebutkan ada paradigma lama dan paradigma alternatif dalam
pembelajaran.
b.
Paradigma Lama
Pembelajaran
Paradigma lama
dalam pembelajaran yaitu pembelajaran tradisional yang
merupakan pembelajaran di mana secara umum pusat pembelajaran pada guru. Jadi
di sini guru berperan sebagai pengajar yang cenderung aktif di mana siswa
hanyalah sebagai objek dari pendidikan. Sistem pembelajaran tradisional dicirikan dengan bertemunya
antara pelajar dan pengajar untuk melakukan proses belajar mengajar. Metode ini
menghadapi kendala yang berkaitan dengan keterbatasan tempat dan waktu
penyelenggaraan dengan semakin meningkatnya aktifitas pelajar/mahasiswa dan
pengajar/dosennya.
Pendekatan atau model pembelajaran
tradisional cenderung berasumsi bahwa siswa memiliki kebutuhan yang sama dan
belajar dengan cara yang sama, pada waktu yang sama, dalam ruang kelas yang
tenang, dengan kegiatan materi pelajaran yang terstruktur secara ketat dan
didominasi oleh guru. Dengan demikian perubahan siswa dalam paradigma ini
adalah perubahan tingkah laku saja. Oleh karena itu perlu adanya paradigma baru pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan anak.
c.
Paradigma
Alternatif Pembelajaran
Paradigma
alternatif pembelajaran adalah model pembelajaran yang dapat dijadikan suatu
pengganti model pembelajaran yang lama, dimana model pembelajaran ini
diperlukan untuk menata dan mengatur kembali model pembelajaran lama yang hanya
mengedepankan perubahan tingkah laku pada siswa. Paradigma alternatif ini mendorong
adanya paradigma baru yang saat ini dibutuhkan untuk memperbaiki paradigma lama
dalam pembelajaran.
1. Perlunya Paradigma Baru Pendidikan
Untuk
membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus
merubah paradigma dan sistem pendidikan. Maka yang perlu dilakukan sekarang
menata kembali sistem pendidikan yang ada dengan paradigma baru yang lebih
baik. Dengan paradigma baru, praktik
pembelajaran akan digeser menjadi pembelajaran yang lebih bertumpu pada teori
kognitif dan konstruktivitas.
Dalam
proses pembelajaran misalnya, pengembangan suasana kesetaraan melalui
komunikasi dialog transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya terwujud di
dalam aktivitas pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu. Guru memegang peranan startegi terutama dalam upaya
membentuk membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan
nilai-nilai yang diinginkan.
2. Pembelajaran
Sebagai Pilar Utama
Komisi
Pendidikan untuk abad XXI (Unesco 1996: 85) melihat bahwa hakikat pendidikan
sesungguhnya adalah belajar (learning). Selanjutnya
dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada 4 pilar, yaitu :
a)
Learning to know adalah upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik
sebagai alat maupun sebagai tujuan.
b)
Learning to do lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk
mempraktikkan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.
c)
Learning to live together, learning to live with other, pada dasarnya adalah mengajarkan,
melatih, dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan
melalui komunikasi yang baik.
d)
Learning to be, pendidikan hendaklah mampu memberikan konstribusi untuk perkembangan seutuhnya
setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi kepekaan, rasa etika, tanggung jawab
pribadi, dan nilai-nilai spiritual.
Dari
keempat pilar tersebut merupakan misi dan tanggung jawab yang harus diemban
oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui, belajar berbuat,belajar
hidup bersama dan belajar menjadi seorang atau belajar menjadi diri sendiri
yang didasari keinginan secara sungguh-sungguh maka akan semakin luas wawasan
seseorang tentabg pengetahuan, tentang nilai-nilai positif, tentang orang lain
serta tentangberbagai dinamika perubahan yang terjadi.
3. 10 Mega Tren
Dalam Pembelajaran
Pembelajaran dari waktu ke waktu selalu
mengalami perkembangan.
Demikian juga
dengan cara perkembeangan berfikir. Oleh
karena itu kita mengenal 10 megatrend dalam pendidikan.
1.
Belajar melalui kehidupan kita
2.
Belajar dalam organisasi, institusi,
asosiasi, jaringan.
3.
Belajar berfokus pada kehidupan
nyata
4.
Belajar dengan seluruh kemampuan
otak
5.
Belajar bersama
6.
Belajar melalui multi media,
teknologi, format, dan gaya
7.
Belajar langsung dari berpikir
8.
Belajar melalui pengajaran/
pembelajaran
9.
Belajar melalui sistem pendidikan
kita yang akan berubah cepat (atau lambat) untuk membantu belajar sepanjang
hayat
10. Belajar bagaimana belajar
4. Paradigma
Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana
pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama
dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat sekolah
dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat. Berdasarkan
faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta
memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna.
Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu
berdasarkan pengalamannya masing masing.
Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri. Pola
pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas
mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses
renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi
kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang
diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri.
Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang
membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.Untuk membantu peserta
didik dalam membina konsep atau pengetahuan baru, guru harus memperkirakan
struktur kognitif yang ada pada mereka. Apabila pengetahuan baru telah
disesuaikan dan diserap untuk dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka,
barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
Dalam konstruktivisme, fungsi
guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam teknik pengajaran dan
pembelajaran, penilaian, penelitian dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai
contoh, perspektif ini akan mengubah kaidah pengajaran dan pembelajaran yang
menumpu kepada kemampuan peserta didik mencontoh dengan tepat apa saja yang
disampaikan oleh guru, kepada kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu
kepada kemampuan peserta didik dalam membina skema pengkonsepan berdasarkan
pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan
model berdasarkan kaca mata guru kepada pembelajaran sesuatu konsep ditinjau
dari kaca mata peserta didik. Oleh karena itu paradigma konstruktivisme dapat
memberikan ruang bagi siswa untuk membentuk konsep tersendiri tentang gambaran
materi yang diajarkan.
d.
Tabel Perbedaan
Antara Paradigma Lama dan Paradigma Baru Pembelajaran
Dimensi
|
Paradigma
lama
|
Paradigma
baru
|
Ruang lingkup pembelajaran
|
Disajikan secara terpisah, bagian
perbaikan engan penekanan pada pencapaianketerampilan dasar
|
Disajikan secara utuh dengan
penjelasan tentang keterkaitan antar bagian, dengan penekanan pada
konsep-konseo utama
|
Kurikulum
|
Harus diikuti sampai habis
|
Pertanyaan dan konstruksi jawaban
siswa adalah penting
|
Kegiatan pembelajaran
|
Berdasarkan buku teks yang sudah
ditentukan
|
Berdasarkan beragam sumber
informasi primer dan mateti-materi yang dapat dimanipulasi langsung oleh
siswa
|
Kedudukan siswa
|
Dilihat sebagai sumber kosong
tempat ditumpahkannya semua pengetahuan dari guru
|
Siswa dilihat sebagai pemikir yang
mampu menghasilkan teori-teori tentang dunia dan kehidupan
|
Sistem guru
|
Guru mengajar dan menyebarkan
informasi keilmuan kepada siswa
|
Guru bersikap interaktif dalam
pembelajaran, menjadi fasilitator dan mediator bagi siswa
|
Penyelesaian masalah pembelajaran
|
Selalu mencari jawaban yang benar
untuk memvalidasi proses belajar siswa
|
Guru mencoba mengert persepsi
siswa agar dapat melihat pola pikir siswa dan apa yang diperoleh siswa untuk
pembelajaran selanjutnya
|
Penilaian proses pembelajaran
|
Merupakan bagian terpisah dari
pembelajarandan dilakukan hampir selalu dalam bentuk tes atau ujian
|
Merupakan bagian internal dalam
pembelajaran, dilakukan melalui observasi guru terhadap hasil kerja melalui
pameran kerja siswa dan portopolio
|
Aktivitas belajar siswa
|
Siswa lebih banyak belajar sendiri
|
Lebih banyak belajar dalam
kelompok
|
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Paradigma
pembelajaran adalah suatu model dalam proses pembelajaran yang mengalami suatu
dinamika dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman
2. Paradigma lama
pembelajaran adalah proses pembelajaran
di mana secara umum pusat pembelajaran pada guru dan outputnya
berupa perubahan tingkah laku siswa.
3. Paradigma baru
pembelajaran adalah proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam
diri manusia itu sendiri, jadi guru hanya sebagai pembimbing dan ouputnya
berupa pembentukan konsep oleh siswa.
b. Saran
Sebagai seorang calon guru kita
harus memberi inovasi model pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman agar
siswa dapat menggali dan mengembangkan
potensi yang dimiliki.
0 comments:
Post a Comment